Kota Cirebon, Intelmedia.co.id
Sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat khususnya, Cirebon memang banyak memilliki masjid atau tempat beribadah. Bangunan masjid yang bersejarah itu hingga kini masih digunakan untuk kegiatan shalat lima waktu. Salah satu masjid kuno yang umurnya sudah 700 tahun itu adalah Masjid Merah Panjunan. Ya, masjid yang berlokasi di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon itu memang sangat ikonik. Tak hanya arsitekturnya yang unik, masjid tertua di Cirebon ini pun kerap jadi jugjugan wisata religi. Apalagi, suasana sejuk menjadi penyambut saat berkunjung di Masjid Merah Panjunan yang dibangun oleh Sunan Gunung Jati Cirebon.
Bangunan Masjid Merah memang tak menyerupai masjid pada umumnya, lebih mirip bangunan Jawa yang kental akan suasana Hindu. Eits, bukan cuma itu loh, uniknya tembok masjid merah ini dilengkapi ornamen piring-piring asal Tiongkok. Karena itulah masjid merah disimbolkan sebagai akulturasi budaya.
Masjid bersejarah ini berada di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Masjid ini berada di lingkungan kampung Arab, karena penduduk sekitar masjid mayoritas keturunan Arab.
Masjid merah memiliki nama asli Al Athyah. Warnanya didominasi warna merah. Bangunan masjidnya terbuat dari batu bata merah. Nama Masjid Merah Panjunan sendiri ternyata bukan karena warna masjidnya yang merah.
Pengurus DKM Masjid Merah Panjunan mengatakan nama Masjid Merah Panjunan muncul setelah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di Keraton Kasepuhan Cirebon berdiri. Kisahnya bermula saat salat jumat yang sebelumnya dilaksanakan di Masjid Merah Panjunan dipindahkan dan dipusatkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
“Sejarah secara rincinya tidak begitu diceritakan. Tapi, konon katanya karena salat jumat di sini ditiadakan atau dicoret. Terus dipindahkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dari situ dinamakan merah karena ditiadakan itu,” kata pengurus DKM Masjid Merah.
Usia Masjid Merah Panjunan lebih tua dibandingkan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Masjid ini dibangun sekitar 1480 oleh Sunan Gunung Jati yang kemudian dirawat oleh Sayid Abdurahman atau Pangeran Panjunan.
“Ya beda beberapa tahun, kalau masjid ini sekitar tahun 1480. Masjid ini memiliki 17 tiang, 16 tiang itu bentuknya silinder dan 1 di antaranya kotak,” katanya.
Masjid Merah Panjunan memiliki ruang utama dan serambi. Ruang utama masjid terbilang tertutup. Untuk menuju ruang utama, jamaah harus menundukan kepala karena ukuran pintu masuknya pendek.
“Itu (pintu pendek) mengajarkan kita untuk tawadu, atau tunduk setunduknya kepada pencipta. ini cirinya bangunan wali,” katanya.
(HS/Rls)